CIANJUR — Sebuah karya baru lahir dari tangan penulis dan budayawan asal Cianjur, Saep Lukman. Novel berjudul “PANCANITI & Rahasia Manuskrip 17” ini resmi diterbitkan oleh Langgam Pustaka (Tasikmalaya, 2025) dan kini mulai menarik perhatian pembaca, terutama para pencinta sejarah dan sastra futuristik.
Buku ini bukan sekadar kisah rekaan; ia menjelma sebagai jembatan antara sejarah, filsafat, dan masa depan. Melalui kisah Aiden Alexander—seorang mahasiswa yang mempertanyakan arah peradaban manusia modern—Saep Lukman mengajak pembaca menelusuri jejak waktu dari masa lampau Cianjur hingga ke dunia teknologi pasca-kemanusiaan.
“Saya bukan sejarawan, sehingga tidak elok bila menulis sejarah yang benar-benar sejarah. Maka saya memilih menulisnya sebagai novel,” ujar Saep Lukman saat ditemui di sela peluncuran bukunya. “Melalui fiksi, saya bisa menafsirkan sejarah Cianjur dari masa ke masa dengan kebebasan imajinatif—tanpa kehilangan ruh dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.”
Novel PANCANITI menjadi bagian pertama dari tetralogi fiksi sejarah Cianjur, yang rencananya akan meliputi empat masa: era mitologis, kolonial, modern, dan posthuman. Setiap bagian mengandung tafsir filosofis dan kultural tentang bagaimana masyarakat Sunda—khususnya Cianjur—bertransformasi menghadapi zaman.
Menggabungkan elemen sains, spiritualitas, dan sejarah lokal, Saep menghadirkan Cianjur sebagai ruang naratif yang hidup kembali melalui simbol-simbol budaya: dari Pancaniti sebagai pusat pengetahuan kuno, hingga manuskrip misterius yang diyakini menyimpan rahasia peradaban.
Desain sampulnya yang futuristik—menampilkan wajah manusia bercampur mesin—menegaskan pesan utama novel ini: manusia masa depan akan berhadapan dengan batas antara jiwa dan teknologi.
“Novel ini adalah cara saya membaca ulang sejarah, bukan dengan kacamata masa lalu, tapi dengan imajinasi masa depan,” tambah Saep. “Cianjur punya banyak rahasia yang belum diungkap. Melalui Pancaniti, saya ingin menulisnya kembali dengan bahasa zaman ini.”
PANCANITI & Rahasia Manuskrip 17 kini sudah dapat diperoleh melalui penerbit Langgam Pustaka dan sejumlah toko buku daring dengan harga Rp149.000. Buku ini menjadi awal dari sebuah perjalanan panjang untuk membaca ulang sejarah Cianjur—bukan sekadar sebagai kisah masa lalu, melainkan sebagai tafsir masa depan manusia.***